“Koesroyo – The Last Man Standing”: Kisah Perjalanan Hidup Sang Legenda Koes Plus

Koesroyo The Last Man Standing
Koesroyo The Last Man Standing

Koesroyo: The Last Man Standing membawa kita mengenal lebih dekat perjalanan hidup Yok Koeswoyo, sosok penting di balik Koes Plus. Dokumenter ini menghadirkan cerita yang tak hanya mengupas kemegahan karier Yok, tapi juga sisi manusianya yang penuh liku.

Ingat Koes Plus? Siapa sih yang nggak kenal dengan grup legendaris ini! Nah, kabar gembira buat kamu para penggemar setia Koes Bersaudara/Koes Plus! Film dokumenter “Koesroyo – The Last Man Standing” akhirnya tayang perdana di CGV FX Sudirman, Jakarta, pada Senin (25/11/2024) kemarin!

Dokumenter ini nggak hanya sekadar film biasa, tapi juga sebuah ajang nostalgia dan pelepas rindu buat kamu yang kangen dengan musik legendaris Koes Plus. Berdurasi sekitar satu jam, “Koesroyo” mengangkat kisah Yok Koeswoyo—anggota Koes Plus yang masih hidup satu-satunya, yang dikenal sebagai The Last Man Standing. Kalau kamu sering denger lagu-lagu Koes Plus yang legendaris, pasti udah nggak asing lagi dengan sosok Yok, kan?

Sutradara film dokumenter ini, Linda Ochy, menegaskan kalau kisah hidup Yok Koeswoyo itu sangat penting untuk diabadikan. Sebab, film ini nggak cuma membahas perjalanan musik Yok Koeswoyo, tapi juga sisi personal dan kehidupan tersembunyi dari sang legenda. Dari kehilangan yang dia alami, sampai proses kreatif di balik lagu-lagu yang mengubah wajah musik Indonesia di era 60-an!

Linda sendiri menjelaskan bahwa dokumenter ini adalah sejarah pertama kalinya yang menceritakan seorang musisi legendaris Indonesia, yaitu Yok Koeswoyo, yang sudah berjasa besar dalam dunia musik tanah air. “Ini bukan hanya soal menyelesaikan batin, tapi juga tentang warisan hidup yang bisa menginspirasi banyak orang,” katanya.

Musik, Larangan, dan Perjalanan Ikonik
Sebagai anak keturunan bangsawan, Yok awalnya menghadapi larangan keras dari sang ayah untuk bermain musik. Tapi nyatanya, semangat bermusiknya tak terbendung. Bersama saudara-saudaranya, ia membentuk Koes Plus, yang kelak menjadi simbol harmoni dan persatuan melalui karya seperti lagu legendaris “Nusantara”.

Namun, kesuksesan Koes Plus ternyata bukan perjalanan yang mudah. Lagu seperti “Jemu” menjadi cerminan nyata kelelahan mereka di balik produktivitas luar biasa. “Kami nyaris hidup di studio, jarang pulang, kerjaan cuma bikin lagu, rekaman, manggung, begitu terus,” ungkap Yok.

Lagu Cinta dan Kehilangan yang Membekas
Tak hanya bicara soal musik, dokumenter ini juga mengungkap sisi personal Yok. Lagu legendaris “Why Do You Love Me” misalnya, lahir dari momen haru sebelum ia menikahi Maria Sonya Tilaar, pramugari Garuda yang mencuri hatinya.

“Ibumu pengusaha sukses, kok bisa suka sama aku yang cuma pengamen,” kenang Yok kepada putrinya, Sari, sambil berkaca-kaca. Kisah cinta itu juga berujung tragis ketika sang istri meninggal dalam kecelakaan mobil, meninggalkan Yok sebagai ayah tunggal.

“Papa sering pulang pagi membawa roti, sementara kami baru berangkat sekolah,” cerita Sari, menambah lapisan emosional dalam dokumenter ini.

Tribute untuk Legenda yang Rendah Hati
Dokumenter ini memakan waktu 18 bulan untuk digarap, termasuk menghadapi tantangan kondisi kesehatan Yok yang kini berusia 81 tahun. Film ini nggak hanya mengangkat sisi Yok sebagai musisi, tapi juga transformasinya menjadi petani hingga pengrajin batu akik di masa tuanya.

Bukan sekadar glorifikasi, film Koesroyo: The Last Man Standing juga menyentuh kritik sosial. “Kenapa penghargaan negara untuk tokoh besar seperti Papa hanya berupa piagam?” tanya Sari dengan getir, meninggalkan penonton dengan renungan mendalam.

Tayang Terbatas, Sambutan Internasional
Setelah premier terbatas di CGV FX Sudirman pada 25 November 2024, dokumenter ini sukses menjadi nominasi Dokumenter Terbaik di Festival Film Indonesia 2024 dan akan diputar di LA Femme International Film Festival. Meski begitu, film ini masih belum memiliki jadwal tayang reguler di bioskop.

Melalui karya ini, penonton nggak hanya diajak mengenal lebih dekat sosok Yok, tetapi juga merasakan perjalanan sejarah musik Indonesia yang penuh warna. Bagi penggemar Koes Plus maupun pencinta dokumenter, “Koesroyo: The Last Man Standing” adalah pengalaman yang nggak boleh dilewatkan.

Jadi, kamu sudah siap menyelami cerita di balik band legendaris ini?

Buat kamu yang masih penasaran dengan kehidupan di balik layar Koes Plus, film ini bakal mengajak kamu untuk bukan hanya jadi penonton biasa, tapi ikut mengenang perjalanan band yang punya pengaruh besar di era mereka. Dokumenter ini juga jadi kesempatan buat belajar banyak hal dari sosok yang sudah melampaui zaman.

Jadi, jangan sampai ketinggalan! “Koesroyo – The Last Man Standing” bukan hanya film dokumenter, tapi sebuah perjalanan yang bakal membawa kamu lebih dekat dengan musik Indonesia yang legendaris.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *